Cerita 9 Wali : Dewi Sekardadu dan Lahirnya Raden Paku
Cerita ibunda Raden Paku yaitu Dewi Sekardadu, memiliki kisah yang
kurang baik di masa lalunya karna begitu banyak cobaan yang dia hadapi, dan
pada malam ini saya akan menuliskan cerita dari Dewi Sekardadu tsb,
Bismillahirrahmanirrahim, silahkan baca ?
"Salam Tokek"
Sayembara Menyembuhkan Penyakit
Di awal abad 14 M,
kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Mena Sembuyu, salah seorang keturunan
Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agam
Hindu dan sebagian ada yang memeluk agama Budha.
Pada suatu hari Parbu
Menak Sembuyu gelisah, demikian pula permaisurinya pasalnya puteri mereka
satu-satunya jatuh selama beberapa bulan. Sudah diusahakan mendatangkan tabib
dan dukun untuk mengobati tapi sang puteri belum sembuh juga.
Memang pada waktu itu
kerajaan Blambangan sedang dilanda wabah penyakit. Banyak sudah korban
berjatuhan. Menurut gambaran babad tanah jawa esok sakit sorenya mati. Seluruh
penduduk sangat prihatin, berduka dan hampir semua kegiatan sehari-hari menjadi
macet total.
Atas saran permaisuri
Prabu Menak Sembuyu mengadakan sayembara, siapa yang dapat menyembuhkan
puterinya akan diambil menantu dan siapa yang dapat mengusir wabah penyakit di
Blambangan akan diangkat sebagai Bupati atau Raja Muda. Sayembara disebar
hampir keseluruh pelosok negeri. Tapi sudah berbulan-bulan tidak juga ada
yang dapat memenangkan sayembara tersebut.
Mencari Tabib Sakti
Permaisuri makin sedih
hatinya, prabu Menak Sembuyu berusaha menghibur isterinya dengan menugaskan
Patih Bajul Sengara untuk mencari pertapa sakti guna mengobati penyakit
puterinya.
Diiringi beberapa
prajurit pilihan, Patih Bajul Sengara berangkat melaksanakan tugasnya. Para
pertapa biasanya tinggal dipuncak lereng-lereng gunung, maka kesanalah tujuan
Patih Bajul Sengara.
Patih Bajul Sengara
akhirnya bertemu dengan Resi Kandabaya yang mengetahui adanya tokoh sakti dari
negeri seberang. Orang yang dimaksud adalah Syekh Maulana Ishak yang sedang
berdakwah secara sembunyi-sembunyi dinegeri Blambangan.
Patih Bajul Sengara
bertemu dengan Syekh Maulana Ishak yang sedang bertafakkur disebuah goa. Syekh
Maulana Ishak mau mengobati puteri Prabu Menak Sembuyu dengan syarat Prabu mau
masuk atau memeluk agama Islam. Syekh Maulana Ishak memang piawai dibidang ilmu
kedokteran,
Sebelum mengobati Dewi Sekardadu, ia memberikan syarat kepada
raja. Ia ingin seluruh tabib yang ada di penjara di bebaskan, dan raja pun harus
mengikuti agamanya, agama Islam, dan rajanya pun memberikan syarat kepada
Maulana Ishaq, apabila kamu gagal maka kamu akan di hukum mati, dan dengan
santainya Maulana Ishaq tersenyum
Maulana ishaq dengan berdoa dan mulut komat kamit menjamah tubuh
dewi sekardadu. Dan tak lama kemudian Sang Dewi Sekardadu pun sembuh sekali diobati. Wabah penyakit juga lenyap dari wilayah Blambangan. Sesuai janji Raja maka Syekh Maulana Ishak dikawinkan dengan Dewi Sekardadu. Kemudian diberi kedudukan sebagai Adipati untuk menguasai sebagian wilayah Blambangan.
Dua tahun berselang, Dewi Sekardadu sedang hamil 4 bulan.
Saat itu raja ingin mengusir Maulana Ishaq dari kerajaan. Rasa setengah hatinya
menjadi muslim menjadi penyebabnya. Merasa tidak bisa melanjutkan siar sebebas
dulu lagi, Maulana Ishaq pamit untuk siar agama ke arah timur.
Setelah 9 bulan 9 hari mengandung, Dewi Sekardadu melahirkan
seorang bayi lelaki. Usia kandungannya memang tergolong lama. Saat itu di
wilayah Blambangan sedang gempar-gemparnya pembunuhan bayi lelaki oleh
kerajaan. Ini merupakan muslihat agar tidak ada keturunan dari Maulana Ishaq
yang mewarisi tahta kerajaan. Agar tidak dibunuh, Dewi Sekardadu meminta
pembantu kerajaan untuk menghanyutkan bayinya ke sungai.
bayi Dewi Sekardadu tidak dihanyutkan di sungai, tapi dihanyutkan di
laut. Lalu ia terdampar di pantai Gresik dan dipungut oleh warga sekitar. Dewi
Sekardadu yang pergi mencarinya meninggal, jasadnya terdampar di pantai
Buduran, Sidoarjo. Inilah cerita yang meyakinkan banyak orang bahwa jasad Dewi
Sekardadu dimakamkan di Sidoarjo.
Pengorbanan Mencari Anaknya
Sudah
15 tahun berlalu, Dewi Sekardadu pergi meninggalkan kerajaan untuk mencari
Maulana Ishaq dan anaknya. Selain itu, ia juga tidak mau dinikahkan dengan anak
Mahapati. Dewi Sekardadu berangkat ditemani dua orang pembantu kerajaan
Dari Desa Dagang, rombongan
Dewi Sekardadu melanjutkan perjalanan mencari Maulana Ishaq ke arah barat
melewati hutan penuh gelagah (saat ini bernama Desa Glagah). Kebetulan hutan
tersebut dekat dengan tempat tinggal Mbah Lamong (tokoh yang kelak namanya
diabadikan menjadi nama kota ini, Lamongan) Sehingga tempat tinggal Mbah Lamong
diberi nama Desa Deket.
Perjalanan
dilanjutkan, kali ini rombongan sampai di hutan kelapa yang sangat singit.Singit dalam
bahasa jawa artinya keramat (saat ini bernama Desa Keramat).
Keluar
dari hutan kelapa, rombongan melewati hutan kembang. Kembang dalam bahasa jawa
berarti bunga (saat ini bernama Desa Bunga). Beranjak dari sana, rombongan
tersesat. Mereka berputar-putar di suatu tempat dan tak bisa menemukan jalan keluar.
Sekarang tempat ini bernama Desa Puter Kembangbahu. Mereka mencoba peruntungan
ke arah barat tapi malah mentok (bertemu
jalan buntu), dihadang oleh sebuah gunung besar. Tempat mereka mentok ini sekarang bernama Desa Mantup.
Merasa bingung, rombongan naik ke atas gunung dan beristirahat.
Cukup beristirahat,
rombongan kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini mereka berhenti di daerah
bekas Kerajaan Jonggolok. Dewi Sekardadu yang merupakan putri Kerajaan
Blambangan dan seorang yang dermawan, dianggap sebagai orang yang berderajat
oleh penduduk sekitar. Daerah ini sekarang bernama Desa Deket Agung, artinya
dekat dengan orang yang berderajat.
Dari
sana, Dewi Sekardadu dan rombongannya pergi ke arah utara sungai. Di tempat ini
Dewi Sekardadu dijuluki Mbok Rondo Gondang. Mbok dalam
bahasa jawa biasa digunakan untuk sapaan ibu. Rondo artinya
janda, meskipun sebenarnya Dewi Sekardadu memiliki suami, namun karena mereka
terpisah, maka orang sekitar tetap menyebut Dewi Sekardadu rondo. Sedangkan gondang artinya terusir, mungkin penduduk
sekitar mengira Dewi Sekardadu pergi jauh meninggalkan Kerajaan Blambangan
karena diusir. Istilah terakhir ini juga yang diabadikan sebagai nama desa
tempat tinggal Dewi Sekardadu ini, yakni Desa Gondang.
Tak lama tinggal di sana,
Dewi Sekardadu meninggal. Ia pun dimakamkan.